Jumat, 22 Oktober 2010

Tugas Bahasa Indonesia 1

Berbahasa Indonesia secara baik dan benar adalah sesuai dengan sasaran kepada siapa bahasa tersebut disampaikan dengan unsur (umur, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita) dan dari aspek kaidah, yaitu peraturan bahasa (tata bahasa, pilihan kata, tanda baca, dan ejaan).

Jadi jika kita berbahasa benar belum tentu baik untuk mencapai sasarannya, begitu juga sebaliknya, jika kita berbahasa baik belum tentu harus benar, kata benar dalam hal ini mengacu kepada bahasa baku.

Contoh :

jika kita melarang seorang anak kecil naik ke atas meja, “Hayo adek, nggak boleh naik meja, nanti jatuh!” Akan terdengar lucu jika kita menggunakan bahasa baku, “Adik tidak boleh naik ke atas meja, karena nanti engkau bisa jatuh!”

Dalam tawar-menawar di pasar, misalnya, pemakaian ragam baku akan menimbulkan kegelian, keheranan, atau kecurigaan. Akan sangat ganjil bila dalam tawar-menawar dengan tukang sayur atau tukang becak kita memakai bahasa baku seperti ini. "Berapakah pak mau menjual ember ini?" (berapa nih pak, embernya?)

Jika kuta ingin menaiki alat transportasi becak akan terasa kaku jika kita menggunakan bahasa yang baik dan benar. "Apakah Bang becak bersedia mengantar saya ke pasar Minggu dan berapa ongkosnya?" (ke pasar Minggu berapa harganya, Bang?)

Contoh di atas adalah contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi tidak baik dan tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi pemakaian kalimat-kalimat itu.

Karena itu, anjuran agar kita "berbahasa Indonesia dengan baik dan benar" dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan "bahasa Indonesia yang baik dan benar" mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.Untuk itu ada baiknya kita tetap harus selalu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, yang berarti “pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebaliknya mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran”.

Bahasa sebagai Alat Komunikasi

Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerjasama dengan sesama. Bahasa mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita. (GorysKeraf, 1997 : 4). Pada saa kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Sehingga kita sering mendengarkan istilah“ BahasaKomunikatif”.

Misalnya: Kata Makro hanya dapat dipahami oleh golongan masyarakat tertentu, Besar atau luas mudah dipahami oleh semua lapisan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar